wyT7Ou6uzyfjs6GqEuDgdba8KnU
Link2Communion.com http://link2communion.com/pages/index.php?refid=noeyputra

Minggu, 27 Februari 2011

PERJUANGAN MEMPERTAHAHANKAN KEMERDEKAAN DI SAMBAS


A.  Kedatangan Sekutu Dan Nica
Setelah Jepang menyerah kalah,maka pada akhir Agustus 1945 mendaratlah di Pontianak,Singkawang, dan Sambas tentara sekutu Australia,dengan memboncengkan NICA ( Nederlands Indies Civil Administration ).Pemerintah NICA dengan Besluit Leutnant Gouvernuer General Nederlands Indie No 8 tertanggal 2 Maret 1948 mengakui Kalimantan Barat sebagai “Daerah Istimewa dengan Pemerintahan Sendiri”, yang dilengkapi dengan Dewan Kalimantan Barat.
Daerah Istimewa Kalimantan Barat merupakan federasi dari 12 Swapraja dan 3 Neo Swapraja,masing-masing: Swapraja Sambas,Swapraja Pontianak,Swapraja Mempawah,Swapraja Landak,Swapraja Kubu,Swapraja Matan,Swapraja Sukadana,Swapraja Simpang,Swapraja Sanggau ,Swaparaja Sekadau,Swapraja Tayan,Swapraja Sintang,dan Neo Swapraja Meliau,Tanah Pinoh dan Kapuas Hulu.
Dewan kalimantan Barat dengan surat keputusannya tanggal 22 September 1947 No.179/DW telah menetapkan “ Beginselen Verordening”,yang merupakan peraturan dasar dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat.
Tindakan Pemerintah NICA itu diambil adalah dalam rangka persiapan pembentukan negara federal Indonesia,menurut konsepsi Belanda yang bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945.Para pemuda berjuang tidak mengakui kekuasaan NICA dan tetap mempertahankan Republik Indonesia.Sebagai pernyataan sikap ini,para pejuang melancarkan gerakan menentang NICA dan berdiri berbagai organisasi perjuangan melawan NICA di Mempawah ,Singkawang,Sambas,Ngabang,Sanggau,Sintang dan Ketapang.
B.  Rakyat Sambas Menentang NICA
Berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia telah diketahui beberapa penduduk di Sambas melalui siaran radio Sarawak.Karena tentara Jepang masih berkuasa di Sambas,berita penting ini belum dapat menyebar secara luas.Penduduk masih merasa takut terhadap tindakan tentara Jepang yang kejam dan sadis bilamana mengetahui rakyat akan bergerak.
Di kota Singkawang berita proklamasi masih beredar secara tersembunyi di kalangan tokoh pejuang saja.Berita Proklamasi yang lebih jelas baru diketahui pada saat utusan PPRI Pontianak Ya’ Ahmad Dundik datang ke Singkawang tanggal 2 Oktober 1945 membawa berita bahwa Indonesia telah erdeka tanggal 17 Agustus 1945.Rakyat Sambas mendapat kepastian bahwa Indonesia telah merdeka tanggal 17 Agustus 1945,tatkala pemuda sambas Zainuddin Nawawi dan Gifni Ismail yang bermukim di Pontianak datang ke Sambas.Sejak itu tumbuh semangat yang menggelora dalam hati sanubari tokoh pejuang Sambas untuk siap menegakkan proklamasi kemerdekaan serta mempertahankannya dengan segenap daya dan upaya yang ada.
Tanggal 23 Oktober berdirilah organisasi Perjuangan Persatuan Bangsa Sambas (PERBIS) dengan pimpinan H.Sirajd Sood ,Naim Razak,M.Kemad,Umar Sood,U.A.Hamid,juga terbentuk Komite Nasional Sambas.Bersamaan dengan terbentuknya PERBIS,tiba pula tentara sekutu di kota Sambas dengan diboncengi NICA.PERBIS merupakan organisasi yang mampu mempersatukan tokoh pejuang di Sambas yang dengan segala usahanya diarahkan untuk mempertahankan Republik Indonesia.Belanda mengajak kerjasama melalui Naim Razak dan kapten Schoor melakukan pendekatan melalui PERBIS untuk ikut membantu NICA dalam menjalankan pemerintahan di kota Sambas dan sekitarnya.Pimpinan PERBIS menolak dengan tegas dan mengatakan bahwa Sambas adalah termasuk wilayah negara Republik Indonesia yang merdeka,berdaulat penuh,tidak memerlukan bantuan dari NICA.
Semenjak PERBIS bersikap tegas dan menolak bekerja sama dengan NICA maka tindakan kekerasaan dari pihak Belanda semakin meningkat.Hal ini terlihat dari peristiwa berdarah yang menimpa rakyat Sambas yakni peristiwa merah putih berdarah di istana Sambas tanggal 27 Oktober 1945.Peristiwa berdarah yang menimpa rakyat sambas tidak hanya sampai disitu.NICA melanjutkan tindakan kekerasan dengan melakukan penangkapan kepada tokoh PERBIS diantaranya H.Malik,Umar Sood,Uray Hamid dan Naim Razak dan ditahan di penjara.Pada hari-hari berikutnya dengan pasukan lengkap NICA melakukan patroli ke segenap penjuru kota Sambas.
Di saat keadaan penuh semangat perjuangan,Adriani hardigaluh yang mendapat tugas khusus dari Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Noor,sebagai Komandan Resimen ditugaskan unutk membantu dan memperkuat perjuangan Kalimantan Barat.Tokoh-tokoh PERBIS telah mememahami langkah yang akan diambil RI diwilayah Sambas.diputuskan untuk menyerang tangsi militer NICA dengan bantuan pejuang dari daerah Pemangkat dan Singkawang.Rencana penyerbuan telah dipersiapkan dengan matang.Adriani yang menyamar sebagai montir mobil NICA bertindak sebagai komando.Namun karena keadaaan yang tidak baik memungkinkan serangan yang telah siap menjadi gagal.
Para pemimpin perjuangan pada tanggal 11 November 1945 mendirikan organisasi lain yakni Persatuan Muslim Indonesia Sambas ( PERMI ) dipimpin oleh H.Sirajd Sood,Arief Sattok,Gerakan Pemuda Indonesia ( GERPINDO ) pimpinan Tan Moch Saleh,Persatuan Bhakti oleh Naim Razak,Samiri H.N dengan maksud untuk memecah perhatian Belanda.Terbentuk pula Persatuan Umum Rakyat Indonesia ( PORI ) di Pemangkat pimpinan U.Bawadi Munzili Nawawi,Musni Gafar,Hakim, A. Samad Mustafa dan Urai Zakaria.
Wan Abbas Mansyur setelah mendengar Indonesia Merdeka membentuk Organisasi Tenaga Republik Indonesia ( TRI ) di Singkawang.Pada awal gerakan TRI diarahkan untuk menghadapi kelompok Cina yang menyatakan bahwa Kalimantan Barat akan menjadi jajahan Tiongkok.Akhirnya TRI membubarkan diri karena selalu mendapat tekanan dan ancaman dari Belanda.Sementara pejuang lainnya membentuk organisasi baru yakni Barisan Pemberontakan Republik Indonesia (BPRI) dibawah pimpinan dr.Salekan dan Bero Mertosoetikno.BPRI mendapat dukungan dari kapten Bambang Ismoyo yang baru saja datang dari jawa untuk membantu perjuangan kalimantan barat.Juga dibantu Ali Anyang,pimpinan BPIKB yang sedang melakukan perjuangan didaerah Singkawang.BPRI juga mendapat dukungan Tillah Wijaya yang menyingkir dari Mempawah dan Ya’cob Achmad.   
C.  Peristiwa Pengibaran Bendera Merah Putih di Istana Sambas 27 Oktober 1945
Pada tanggal 27 Oktober 1945 di gedung bioskop Sambas dilaksanakan rapat umum yang penuh sesak dihadari oleh pemuda dan pelajar serta rakyat hingga ke halaman gedung bioskop Sambas.Mereka mendengarkan pidato para pemimpin PERBIS yang mengobarkan semangat juang untuk melawan dan mengusir Belanda dari Sambas.Para pemuda dan pengurus PERBIS serta pemuda bekas Kaigun dan Heiho berbaris mengelilingi kota Sambas.Diikuti oleh ratusan masa rakyat dan anak-anak sekolah mereka mengumandangkan lagu “ Indonesia Raya” di sambut pekikan “Merdeka” untuk menambah semangat perjuangan.
Setibanya di kantor controlleur Belanda,bendera tiga warna tersebut diturunkan oleh para demonstran serta merobek robek kain birunya.Kemudian menaikkan bendera “Merah Putih” dengan diiringi lagu Indonesia Raya disusul pekikan merdeka.Beberapa pemuda masuk kedalam kantor dan mengobrak abrik barang yang dan peralatan yang terdapat dikantor yang belum dijaga oleh serdadu Belanda.Melihat kejadian itu muncullah seorang Indo Belanda bernama Van Der Lief alias Dolof bermaksud menembak para pemuda yang telah kalap itu.Salah satu dari pemuda bernama Majri berusaha menendang Belanda Indo dan berhasil yang kemudian diikuti pengeroyokan oleh para pemuda terhadap Dolof.Dolof pun tewas dalam parit dipinggir rumah Controlleur NICA itu.
Para demonstran kemudian bergerak menuju Istana Sambas pada pukul 11.00 siang.Pada saat barisan melewati jembatan Pendawan Sambas,muncul Maha Raja Imam H.M.Basuni Imran smbil tergesa-gesa mengendarai sepeda berteriak-teriak mengatakan bahwa tentara Belanda telah datang dan sedang menyusul dibelakang.Mendengar berita itu Kauli Akhmad ( bekas kaigun Heiho) menugaskan Urai Bujang Muhtar Bima ( bekas kaigun heiho ) menyelidiki situasi arah datangnya musuh.
Melihat keadaan Urai Bujang Mukhtar Bima berlari mengejar rombongan demonstrasi memberikan aba-aba komando dalam bahasa jepang “ Mukono hasi’tekkide’tonde kimasta cukinit” yang artinya “diseberang jembatan musuh telah datang segera menyebar”.Pada saat yang kritis dihalaman depan istana Sambas pimpinan PERBIS H.Sirajd Sood menyampaikan pidato perjuangan menentang kolonialis Belanda.Selesai pidato ia memerintahkan menaikkan bendera “ Merah Putih” di tiang bendera di depan Istana Sambas.Namun sebelum bendera siap dinaikkan datanglah beberapa truk dan jeep Belanda dalam keadaan siap tempur menuju halaman Istana,dibawah pimpinan Kapten Van Der Schoor.Ia memerintahkan para demonstran untuk tidak bergerak.Ia menuju kearah Tabrani yang saat itu sedang memegang bendera Merah Putih di tiang bambu yang dibawanya sejak dari perjalanan.Ia meminta Tabrani untuk menyerahkan bendera itu.Tabrani tidak mengindahkan perintah tersebut dan dengan semangat yang menyala-nyala sebagai pejuang kemerdekaan,Ia mengangkat bendera disertai pekikan merdeka sebanyak tiga kali.Pada waktu itu serentetan tembakan dimuntahkan dari moncong senjata yang diarahkan ke Tabrani.Sebelum Bendera jatuh ketanah sempat pula di ambil kembali oleh H.Sirajd Sood yang kemudian berlari membawanya menuju samong kiri masuk gerbang istana ke pesebaan atas,Seketika itu juga serentetan tembakan mengenai bagian belakang tubuhnya.
Para pengurus dan anggota PERBIS yang tidak sempat melarikan diri dinaikkan ke dalam truk oleh tentara Belanda untuk dibawa ke Singkawang sebagai  tawanan.Pukul 12.30 kendaraan belanda tersebut meninggalkan halaman istana dan disepanjang jalan yag dilewati menembaki bendera merah putih yang di kibarkan di rumah – rumah penduduk.
H .Sirajd Sood yang mengalami luka tembak digotong oleh tentara belanda diiringi oleh Kapten Van Der Schoor dan para pengawalnya.Haji Sirajd Sood dimasukkan kedalam sampan lalu pemilik sampan diarahkan untuk membawanya ke rumah sakit.Si pemilik sampan ketakutan dan berteriak meminta tolong bahwa perahunya bocor.Urai Bujang Mukhtar Bima melihat kejadian itu dan menolongnya.Sampan itu kemudian diperintahkan menuju kamung Tanjung Rengas akan tetapi si pemilik sampan menolak keras,karena ia takut akan ancaman – ancaman Belanda.Setelah dijelaskan tentang kekuatan musuh barulah si pemilik sampan mengerti dan setuju.
Sebagai peringatan atas kejadian dan perjuangan rakyat Sambas ini di simpang tiga arah menuju masuk kota Sambas telah didirikan sebuah tugu peringatan pejuang kemerdekaan.Demikian pula di halaman kesultanan dekat tiang bendera telah didirikan pula tugu/prasasti didepan keraton sambas ditempat di tembaknya Tabrani oleh tentara NICA 27 Oktober 1945.   
D.  Perjuangan Pemuda Pemangkat Membela Kemerdekaan
Berita tentang kemerdekaan Republik Indonesia sampai juga ke seluruh masyarakat kawedanan Pemangkat dengan datangnya seorang pemuda bernama M.Akir.Ia berasal dari Semparuk dan merantau ke Semarang.Pertengahan Oktober dia datang ke Pemangkat menyampaikan informasi bahwa Indonesia telah merdeka,diproklamirkan oleh tanggal 17 Agustus oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
Urai Bawadi,Daim Harun,M.Akir dan beberapa kawan kawannya mufakat membentuk “ Kesatuan Aksi Pemuda Pemangkat” yang di pimpin oleh Urai Bawadi,Daim Harun,M.Akir dan beberapa pemuda dan tokoh masyarakat sebagai pembantu/seksi.Kesatuan Aksi Pemuda Pemangkat ini bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia,Kegiatan mereka:
a.       Menyampaikan kepada pemuda dan rakyat di kampung kampung bahwa Indonesia telah merdeka.
b.      Mengibarkan bendera Merah Putih serta menyanyikan lagu Indonesia Raya perorangan maupun beramai ramai
c.       Merusak jembatan yang menghubungkan  Pemangkat ,Singkawang dan Pemangkat,Sambas di pimpin oleh Abdul Samad,Mustafa di bantu oleh Matnur,H.Badaruddin dan Syaifuddin Jahri.
d.      Pemuda pemuda ex Heiho ditugaskan mengadakan perlawanan apabila tentara Belanda memasuki kota Pemangkat.
Pada tanggal 25 Oktober 1945 berkibar bendera Merah Putih di tiap-tiap rumah penduduk di Kampung Banjar,Pemangkat sehari penuh.Tanggal 29 Oktober setelah kejadian demonstrasi di Sambas,Rumah Dain Harun yang menjadi markas Kesatuan Aksi Pemuda Pemangkat yang terletak di jalan Nusantara (sekarang) diserbu oleh tentara Belanda ( NICA ) untuk menangkap Dain Harun dan pejuanng lainnya.Dain Harun dan kawan – kawannya sempat melarikan diri dan bersembunyi di rumah Khui Lim ( kantor anim/listrik ) di pasar lama,Pemangkat.Subuh dini hari tanggal 30 Oktober 1945 Dain Harun di jemput oleh dua pejuang yakni Doleng alias Basuni dan Amat menaiki sebuah sampan Dain Harun dibawa ke Teluk Pakuk Tanjung Kaduk,Pemangkat.Di situ sudah disediakan perahu motor yang siap berangkat ke Singapura,setelah beberapa hari Dain Harun tinggal di Singapura ia kemudian berangkat ke Tegal ,Jawa Tengah.
Pada tanggal 26 Oktober 1945 Holdi Ex Heiho,Lani B,Urai Banul,Daeng Amat,Rajak Batu,Naim Bakar dan Bulyan Mustafa diperintahkan merobohkan jembatan-jembatan di jalan jurusan Pemangkat-Singkawang (sekarang jalan Mohammad Sohor).Sabotase tersebut gagal karenasalah seorang dari dari anggota sabotase,Rajali ex Heiho sudah ditangkap oleh tentara Belanda di pasar Pemangkat karena ketahuan membawa granat yang sudah di siapkan untuk menunggu pulang nya tentara NICA dari Sambas.
Karena di Pemangkat tidak mungkin lagi bergerak untuk melanjutkan perjuangan akibat gencarnya mata mata NICA,maka pemuda dari Pemangkat melanjutkan perjuangannya ke Jawa,melalui Singapura.Untuk ke Singapura menggunakan Kapal Motor bernama “ Bukan Main” yang di nakodai Dolah,dan Mualim oleh A.Majid M.Yunus.
Pemuda di berangkatkan bertahap,karena menghindari kecurigaan mata mata NICA dan keberangkatan ke Singapura melalui Kuala Pemangkat.Di antaranya ada yang berangkat bersama Holdi ex Heiho,keberangnkatan Holdi membawa surat dari Urai Bawadi dan Urai Zakaria untuk menemui perwakilan Kalimantan Barat di Singapura yakni Dain Harun dan Daeng Putih.Setelah beberapa minggu di Singapura,pemuda Pemangkat diberangkatkan ke pulau Jawa tujuan Tegal denga Kapal Perang Angkatan Laut Indonesia.
Yang diberangkatkan ke Jawa melalui Singapura tahun 1946 dan 1947 adalah Daim Harun,Murni Gafar,Zainuddin,M.Thoyib Mustafa,Sy.Syalim Sy.Ambun,Ibarahim Bujang,Ali Ahmad Gazali,Doleng Naim.Sementara Holdi di perintahkan oleh Daeng Putih untuk pulang ke  Pemangakat untuk melatih para pejuang dan membawa dokumen perjuanagn serta senjata menggunakan perahu bugis dinakodai oleh Hakim dan masuk berlabuh di Kuala Pemangkat.Tidak lama kedatangan Holdi ia ditangkap dan dipenjarakan di Pemangkat.
Untuk menghindari pandangan mata mata Belanda,maka Urai Arif Mahmud berangkat ke Singapura melalui kampung Sedau Singkawang,juga untuk meneruskan perjuangan dan menemui kawan kawan perjuangan dari kelompok “ Tengkorak Putih ”,Jayadi Saman di Singapura.Setelah beberapa lama di Singapura ia kembali ke Pemangkat untuk memantau kawan pejuang.Tuidak beberapa lama di Pemangkat Urai Arief Machmud di tangkap polisi Belanda dan rumahnya di geledah unutk mencari senjata karena mereka di laporkan membawa senjata.Ia pun kemudian di jebloskan di penjara Pontianak.
E.   Perjuangan BPIKB melawan NICA
Tanggal 29 Februari 1946,Ali Anyang berangkat ke pantai utara melalui mempawah atas permintaan dr.Soedarso dan Soekotjo Katim supaya mengkoordinir pasuka pejuang di Sambas karena perjuangan di Pontinak saat itu sukar bergerak.Di Singkawang ia bertemu dengan Mu’in Achmad dan Abdullah Mahmud.Di Singkawang saat itu sudah berdiri badan yang bernama Dewan Pejuang Republik Indonesia.Pada tanggal 1 April 1946 lahirlah Barisan Pemberontak Indonesia Kalimantan Barat ( BPIKB ) bermarkas di Singkawang.
Pada tahun 1947 Ali Anyang kembali membangun kembali BPIKB.Kekuatan mulai disusun kembali,laskar mulai dihimpun dan dilatih.Ia mengorganisir pemuda Sekadim dan Puting Beliung dan sekitarnya.Ia menyeberang masuk sungai Sambas Besar ke kampung Semperiuk dan Sungai Dungun,melatih pemuda-pemuda desa.Dari Semperiuk ia pindah ke ke Kampung Tekarang,karena kedua tempat persembunyiaanya telah diketahui oleh mata-mata Belanda.Ali Anyang ke kampung Tekarang dan menyerahkan pimpinan kepada Samiri H.N dan Ali Anyang memakai nama pak Amat.
Demi keamanan dari Tekarang Ali Anyang di ungsikan kembali ke kampung Pedada,Kecamatan Teluk Keramat.Bulan April 1948 ia dipindahkan ke Kampung Sempadian.Di kampung ini Samiri H.N. mengajar di sekolah Rakyat Partikuler BAKTI ( Barisan Kaum Tani Indonesia ) di bawah pimpinan Naim.A Razak dan Samiri H.N.Di kampung ini Ali Anyang menggunakan nama Pak  Usu Muin.
BPIKB mengutus Urai Zakaria Ismail ke Jakarta untuk melaporkan situasi di daerah Kalimantan Barat ke pemerintah pusat juga ke Serawak dan Singapura.Ke Singapura diutus Mahran Makdun untuk menyusul H.Taufik H.Muhammad dan Helmi Basuni.Pada tahun 1948,MahranMakdun di utus ke Singapura,Aspan Busri diutus ke Sarawak untuk menghubungi Husin ( nama samaran Abdullatif ) dan Dani ( nama samaran Ya’kub Ahmad ) keduanya asal Sambas.Pada tahun 1948 Samiri H.N. diutus ke Pontianak,Sanggau dan Sintang menemui Burhan Ibrahim,guru S.R kampung Melayu yang mengetahui kekuatan musuh di kota Pontianak dan sekitarnya.
F.      Penyerangan Tangsi Militer Belanda Di Sambas
Pada awal tahun 1949 para pejuang M.Syarie H.Dahlan ( Kartiasa ),Muchtar H.Muchsin ( Sambas) dan Nahari ( Sejangkung ) dengan menggunakan perahu kajang menemui Ali Anyang di Tekarang yang berada di hutan yang berawa rawa di darat Kampung Tekarang ( kuarng lebih 5 KM dari pusat kampung ).Ali Anyang,Syar’ie H.Dahlan,Muchtar H.Muchsin ,Nahari dan Samiri H.N bertemu dan membicarakan waktu penyerangan terhadap tangsi Belanda di Sambas.Di sepakati bahwa penyerangan harus dilakukan selambat-lambatnya pada tanggal 10 Januari 1949.Di tetapkan sejangkung sebagai markas darimana penyerangan akan dilakukan.Pembagian tugasnya untuk koordinasi adalah :
·         Menghubungi pejuang disekitar Pemangkat,Jawai,dan Tebas diserahkan kepada Samiri H.N
·         Di Kartiasa dan Sekura dipercayakan kepada Syar’ie.
·         Di Sambas dan sekitarnya dipercayakan kepada Mochtar
·         Di Sejangkung dan sekitarnya diercayakan kepada Nahari.
Diputuskan bahwa pejuang BPIKB sudah berkumpul di Sejangkung selambat- lambatnya tanggal 7 Januari 1949.Selanjutnya pada tengah malam 9 Januari 1949 sedikitnya 75 anggota di bawah pimpinan Ali Anyang dan Samiri H.N dengan menggunakan sampan dan perahu menyusuri sungai menuju Kartiasa.Kemudian berjalan kaki menuju lokasi yang di tentukan.Tangsi belanda tersebut berjarak sekitar 5 KM dari Kartiasa.
Dalam penyerbuan itu pasukan dibagi menjadi tiga kekuatan.Kelompok pertama dipimpin Ali Anyang,yang bertugas menyerbu Tangsi dari arah depan,kelompok kedua menyerbu rumah kediaman komandan militer tentara NICA di bawah pimpinan Muchtar H.Muchsin,sedangkan kelompok ketiga menuju kampung Manggis untuk selanjutnya menuju jembatan baru dan terus berada di posisi belakang tangsi militer.Kelompok ini dipimpin oleh H.Syar’ie H.Dahlan.
Dalam penyerangan ini di pihak BPIKB gugur 3 ( tiga ) orang yakni M.Saad Hasan asal Sempadian,Zainuddin asal kampung Sambas,dan Hasan asal Dungun Laut,Jawai.Sementara dari pihak Belanda tidak dapat di pastikan.Karena keadaan yang tidak memungkinkan,Ali Anyang selanjutnya memerintahkan pasukannya untuk mundur dan kembalimke pos pertahanan semula di Sembuai dan Rambaian.
Pagi harinya Belanda melakukan penangkapan besar-besaran kembali terhadap pelaku penyerangan tangsi militer.Ketua PERMI Sambas,M.Arief Satok pada tengah malam berhasil di tawan.Malam berikutnya ditangkap lagi beberapa tokoh pemuka masyarakat lainnya seperti Husni Bakar,Mas Muhammad,Sirajd Usman,Tadjuddin dan Arifin.Setelah ditangkap,M.Arief Satok bersama tawanan lainnya di suruh memakamkan ketiga rekan mereka yang gugur tertembak.Penjara Sambas tidak mampu menampung sekaligus para pelaku pemberontakan,karena banyak yang tertangkap.
Lasykar rakyat yang berhasil lolos dari penangkapan tentara NICA-Belanda kembali ke basis pertahanan di Sembuai dan Rambaian.Namun pusat pertahanan itu diketahui oleh Belanda sehingga pusat pertahanan itu dapat di tembus.lasykar rakyat kemudian mengalihkan pusat pertahanan di Sendoyan untuk bertahan selama beberapa hari.Perjalanan di anjutkan ke Acan,sebuah perkampungan yang berbatasan langsung dengan Sarawak,Malaysia Timur.Lasykar rakyat tiba di Acan tanggal 18 Januari 1949.
Di Acan terjadi lagi pertempuran,lasykar rakyat kemudian mengalihkan lagi basis pertahanannya di Gunung Rasau dan Gunung Serantak , ditempat ini mereka sempat bertahan 1 bulan dan selama itu kebutuhan pangan banyak dibantu penduduk Serawak yang simpati terhadap perjuangan pasukan Ali Anyang. Ditempat ini pula Ali Anyang menerima pasokan senjata ± 100 pucuk dari rekan seperjuangannya di bagian pembekalan yaitu sdr. Jacob Achmad, Djaja dan Ali Machmud yang dibeli/ barter dengan kopra, karet dan komoditas perdagangan lainnya di Serawak Malaysia, di hari-hari terakhir kawasan Gunung Serantak pun diserbu NICA dibantu Serdadu Inggris. Selang beberapa waktu tepatnya pada bulan September 1948 ada informasi bahwa Ali Machmud dan Jacob Achmad tertangkap oleh musuh di Serawak kemudian dideportasi ke Kalbar selanjutnya di penjarakan di Sei Jawi Pontianak. Sedangkan Fadil Djabir dan Sukimin mencoba mencari pasokan senjata hingga di Singapura dan terus ke wilayah pemerintah pusat RI di pulau Jawa untuk melaporkan situasi dan kondisi perjuangan di wilayah Kalbar.
Dari sana selanjutnya perjalanan semacam gerilya dilanjutkan menuju Samatan dan seterusnya ke Teluk Serabang.Di Teluk Serabang terjadi suatu kontak senjata dengan patroli pasukan Inggris dari Malaysia Timur.Lasykar rakyat kemudian menuju Tanjung Datuk,dari Tanjung Datuk menuju Camar Bulan. Tanggal 20 Maret 1949 Pasukan Ali Anyang yang berjumlah ± 200 personil dengan persenjataan yang di pasok dari Malaysia mengahadapi ½ kompi Serdadu NICA di Dusun Camar Bulan, Desa Tanjung Dato, oleh karena itu pertempuran tidak dapat dihindari, pertempuran ini terus-menerus terjadi sampai di Markas Pertahanan Darurat Pasukan BPIKB di Gunung Pangi dan Pegunungan Datok Kompleks yang sangat terjal dan berbatasan langsung dengan Negeri Serawak sepanjang ± 10 km, ditempat ini terdapat ”Goa Lorong Batu Menjulang” sebagai lubang persembunyian sang sangat strategis pada ketinggian 364 meter di atas permukaan air laut Natuna Selatan.Pertempuran demi pertempuran terus berlanjut dan berakhir setelah adanya pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949.Selanjutnya Komandan Pasukan BPIKB dalam hal ini Ali Anyang segera memerintahkan anak buahnya untuk kembali ke kampungnya masing-masing. Diantara anggota Pasukan BPIKB ada 3 Kompi yang melanjutkan menjadi TNI termasuk Ali Anyang yang saat itu berpangkat Sersan Mayor, semantara senjata dan amunisi diserahkan kepada Komisi TNI di Pontianak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hostgator coupon