Mungkinkah dia moyang pertama kera dan manusia?
Tim ilmuwan di Jerman, Selasa 19 Mei 2009, mengungkapkan hasil penelitian terbaru atas sebuah fosil kerangka hewan purba. Fosil yang mirip dengan kerangka lemur itu diyakini berusia 47 juta tahun.
Tim dari Senckenberg Research Institute (SRI) itu menilai bahwa fosil itu berguna mengungkap lebih dalam lagi mengenai akar evolusi kera dan manusia. Kerangka itu berukuran mirip seekor lemur kecil, terdiri dari empat kaki dan memiliki ekor yang panjang.
Para peneliti tidak mau buru-buru menyimpulkan bahwa hewan itu adalah moyang langsung dari kera dan manusia. Namun fosil itu bisa menjadi pertanda yang penting bahwa manusia dan kera kemungkinan merupakan hasil perubahan dari hewan sejenis.
"Dalam logika evolusi, fosil itu ibarat seekor semut dari beberapa generasi lampau," kata Jens Franzen, peneliti dari FRI di Frankfurt, Jerman. Berdasarkan penelitian, hewan itu kemungkinan mengonsumsi dedaunan dan buah-buahan. Hewan itu kemungkinan tinggal di hutan.
Hewan yang mirip dengan lemur dan berjenis kelamin betina itu diduga mati pada usia 9 atau 10 bulan. Fosil itu ditemukan di sebuah tambang di bagian tenggara kota Frankfurt pada tahun 1983.
Para ilmuwan menamakan fosil itu Darwinius masillae - diambil dari nama belakang tokoh evolusi Charles Darwin dan nama tempat dia ditemukan. Fosil itu tadinya milik kolektor swasta sebelum akhirnya dibeli oleh Jorn Hurum, peneliti dari Universitas Oslo, pada tahun 2007.
Hurum menilai bahwa fosil primata itu merupakan yang terbaik yang pernah ditemukan. 95 persen fosil itu dalam keadaan utuh dan masih memiliki jari dan kuku. Fosil itu hanya kehilangan bagian bawah dari salah satu kaki.
Hurum menegaskan, fosil ini merupakan penemuan yang sangat berharga dalam mempelajari evolusi manusia dan kera. "Bagi para arkeolog, Spesimen ini ibarat penemuan Bahterah Nuh yang hilang," kata Hurum dalam presentasi di gedung American Museum of Natural History di New York, Selasa 19 Mei 2009.
Sementara itu, para pengamat meragukan dugaan tim peneliti bahwa fosil itu terkait dengan moyang kera dan manusia. "Saya tidak yakin fosil ini punya hubungan garis moyang kera dan manusia," kata Christopher Beard, ilmuwan dari Carnegie Museum of Natural History di Pittsburgh.
Tim dari Senckenberg Research Institute (SRI) itu menilai bahwa fosil itu berguna mengungkap lebih dalam lagi mengenai akar evolusi kera dan manusia. Kerangka itu berukuran mirip seekor lemur kecil, terdiri dari empat kaki dan memiliki ekor yang panjang.
Para peneliti tidak mau buru-buru menyimpulkan bahwa hewan itu adalah moyang langsung dari kera dan manusia. Namun fosil itu bisa menjadi pertanda yang penting bahwa manusia dan kera kemungkinan merupakan hasil perubahan dari hewan sejenis.
"Dalam logika evolusi, fosil itu ibarat seekor semut dari beberapa generasi lampau," kata Jens Franzen, peneliti dari FRI di Frankfurt, Jerman. Berdasarkan penelitian, hewan itu kemungkinan mengonsumsi dedaunan dan buah-buahan. Hewan itu kemungkinan tinggal di hutan.
Hewan yang mirip dengan lemur dan berjenis kelamin betina itu diduga mati pada usia 9 atau 10 bulan. Fosil itu ditemukan di sebuah tambang di bagian tenggara kota Frankfurt pada tahun 1983.
Para ilmuwan menamakan fosil itu Darwinius masillae - diambil dari nama belakang tokoh evolusi Charles Darwin dan nama tempat dia ditemukan. Fosil itu tadinya milik kolektor swasta sebelum akhirnya dibeli oleh Jorn Hurum, peneliti dari Universitas Oslo, pada tahun 2007.
Hurum menilai bahwa fosil primata itu merupakan yang terbaik yang pernah ditemukan. 95 persen fosil itu dalam keadaan utuh dan masih memiliki jari dan kuku. Fosil itu hanya kehilangan bagian bawah dari salah satu kaki.
Hurum menegaskan, fosil ini merupakan penemuan yang sangat berharga dalam mempelajari evolusi manusia dan kera. "Bagi para arkeolog, Spesimen ini ibarat penemuan Bahterah Nuh yang hilang," kata Hurum dalam presentasi di gedung American Museum of Natural History di New York, Selasa 19 Mei 2009.
Sementara itu, para pengamat meragukan dugaan tim peneliti bahwa fosil itu terkait dengan moyang kera dan manusia. "Saya tidak yakin fosil ini punya hubungan garis moyang kera dan manusia," kata Christopher Beard, ilmuwan dari Carnegie Museum of Natural History di Pittsburgh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar