Suku Melayu tergolong ke dalam Deutero Melayu (Melayu Muda) yang merupakan bagian dari gelombang besar kedua migrasi ras Melayu-Austronesia dari daratan Asia yang terjadi sekitar 300 S.M.Pada abad ke-7, masyarakat yang bermukim pada kawasan Sungai Batang Hari, membentuk Kerajaan Malayu. Secara geografis, pada mulanya Melayu hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut, yang meliputi wilayah Sumatera bagian tengah. Dalam perkembangannya, Kerajaan Melayu akhirnya takluk dan menjadi vassal Kerajaan Sriwijaya. Pemakaian istilah Melayu-pun meluas hingga ke luar Sumatera, mengikuti teritorial imperium Sriwijaya yang berkembang hingga ke Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Jadi orang Melayu Semenanjung berasal dari Sumatera. Berdasarkan prasasti Keping Tembaga Laguna, pedagang Melayu telah berdagang ke seluruh wilayah Asia Tenggara, juga turut serta membawa adat budaya dan Bahasa Melayu pada kawasan tersebut. Bahasa Melayu akhirnya menjadi lingua franca menggantikan Bahasa Sanskerta. Era kejayaan Sriwijaya merupakan masa emas bagi peradaban Melayu, termasuk pada masa wangsa Sailendra di Jawa, kemudian dilanjutkan oleh kerajaan Dharmasraya sampai pada abad ke-14, dan terus berkembang pada masa Kesultanan Malaka sebelum kerajaan ini ditaklukan oleh kekuatan tentara Portugis pada tahun 1511.Masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke-12, diserap baik-baik oleh masyarakat Melayu. Islamisasi tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat jelata, namun telah menjadi corak pemerintahan kerajaan-kerajaan Melayu. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kesultanan Johor, Kesultanan Perak, Kesultanan Pahang, Kesultanan Brunei, dan Kesultanan Siak. Kedatangan kolonialis Eropa telah menyebabkan terdiasporanya orang-orang Melayu ke seluruh Nusantara, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Di perantauan, mereka banyak mengisi pos-pos kerajaan seperti menjadi syahbandar, ulama, dan hakim.Dalam perkembangan selanjutnya, hampir seluruh Kepulauan Nusantara mendapatkan pengaruh langsung dari Suku Melayu. Bahasa Melayu yang telah berkembang dan dipakai oleh banyak masyarakat Nusantara, akhirnya dipilih menjadi bahasa nasional Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Etimologi
Ptolemy (90 - 168 M) dalam karyanya Geographia mencatat sebuah tanjung di Aurea Chersonesus (Semenanjung Melayu) yang bernama Maleu-kolon, yang diyakini berasal dari Bahasa Sanskerta, malayakolam atau malaikurram. Berdasarkan G. E. Gerini, Maleu-Kolon saat ini merujuk pada Tanjung Kuantan atau Tanjung Penyabung di Semenanjung Malaysia. Pada Bab 48 teks agama Hindu Vuya Purana yang berbahasa Sanskerta, kata Malayadvipa merujuk kepada sebuah propinsi di pulau yang kaya emas dan perak. Disana berdiri bukit yang disebut dengan Malaya yang artinya sebuah gunung besar (Mahamalaya). Meskipun begitu banyak sarjana Barat, antara lain Sir Roland Braddell menyamakan Malayadvipa dengan Sumatera. Sedangkan para sarjana India percaya bahwa itu merujuk pada beberapa gunung di Semenanjung Malaysia.Kerajaan Malayu
Dari catatan Yi Jing, seorang pendeta Budha dari Dinasti Tang, yang berkunjung ke Nusantara antara tahun 688 - 695, dia menyebutkan ada sebuah kerajaan yang dikenal dengan Mo-Lo-Yu (Melayu), yang berjarak 15 hari pelayaran dari Sriwijaya. Dari Ka-Cha (Kedah), jaraknyapun 15 hari pelayaran. Berdasarkan catatan Yi Jing, kerajaan tersebut merupakan negara yang merdeka dan akhirnya ditaklukkan oleh Sriwijaya.Berdasarkan Prasasti Padang Roco (1286) di Sumatera Barat, ditemukan kata-kata bhumi malayu dengan ibu kotanya di Dharmasraya. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Malayu dan Sriwijaya yang telah ada di Sumatra sejak abad ke-7. Kemudian Adityawarman memindahkan ibu kota kerajaan ini ke wilayah pedalaman di Pagaruyung.
Petualang Venesia yang terkenal, Marco Polo dalam bukunya Travels of Marco Polo menyebutkan tentang Malauir yang berlokasi di bagian selatan Semenanjung Melayu. Kata "Melayu" dipopulerkan oleh Kesultanan Malaka yang digunakan untuk membenturkan kultur Malaka dengan kultur asing yakni Jawa dan Thai. Dalam perjalanannya, Malaka tidak hanya tercatat sebagai pusat perdagangan yang dominan, namun juga sebagai pusat peradaban Melayu yang berpengaruh luas.
Melayu Malaysia
Melayu Malaysia yang disebut Kaum Melayu adalah masyarakat Melayu berintikan orang Melayu asli tanah Semenanjung Malaya (Melayu Anak Jati), ditambah suku-suku pendatang dari Indonesia dan tempat lainnya yang disebut Melayu Anak Dagang seperti Jawa, Minangkabau, Riau, Mandailing, Aceh, Bugis, Bawean, Banjar, Champa dan lain-lain. Semua diikat oleh agama Islam dan budaya Melayu Malaysia. Ras lain yang beragama Islam juga dikategorikan Kaum Melayu, seperti Tionghoa Muslim, India Muslim, dan Arab. Sehingga Melayu juga berarti etnoreligius yang merupakan "komunitas umat Islam Malaysia" yang ada di Kerajaan Islam tersebut, karena jika ada konsep Sultan (umara) berarti juga ada ummat yang dilindunginya.Namun, etnis Melayu di Malaysia Barat (Malaya) yang tidak terikat dengan perlembagaan Malaysia secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu Melayu Johor, Melayu Kelantan dan Melayu Kedah, Melayu Johor sebagai suku etnis terbesar, banyak terdapat di sekitar ibukota Malaysia, Kuala Lumpur dan negeri Johor itu sendiri. Selain itu, masyarakat Melayu yang tinggal di negeri Terengganu, Pahang, Selangor, Malaka dan Perak juga bisa digolongkan sebagai Melayu Johor. Di Malaysia Timur terdapat pula komunitas Melayu, yaitu Melayu Sarawak dan Melayu Brunei yang mempunyai dialek yang berbeda dengan Melayu Semenanjung Malaya. Suku Melayu Sarawak biasanya terdapat di Negara Bagian Sarawak, serta lebih berkerabat dengan Suku Melayu Pontianak dari Kalimantan Barat. Sedangkan Suku Melayu Brunei biasanya menetap di bagian utara Sarawak, Pantai Barat Sabah, serta Brunei Darussalam.Melayu Thailand
Thailand mempunyai bilangan suku melayu ketiga terbesar selepas Malaysia dan Indonesia dengan populasi lebih daripada 3.3 juta (Perkiraan 2010). Kebanyakkan dari mereka berdomisili di kawasan selatan Thailand serta di kawasan sekitar Bangkok (berikutan penghijrahan orang-orang melayu dari selatan Thailand serta utara semenanjung Malaya ke Bangkok semenjak kurun ke 13.)Kehadiran Suku Melayu di kawasan selatan Thailand telah wujud sebelum penghijrahan Suku Thai melalui penakhlukan Kerajaan Sukhothai diikuti oleh Kerajaan Ayutthaya bermula dari abad ke-16 yang berjaya meluaskan empayar mereka ke Semenanjung Malaya. Ini dapat dilihat menerusi nama-nama asal Melayu di kawasan-kawasan selatan Thailand contohnya Phuket Thai: ภูเก็ต (Bukit Melayu: بوكيت), Thalang (Thalang تلوڠ), Trang (Terang), Narathiwat นราธิวาส (Menara), Pattani ปัตตานี (Patani ڤتنا), Krabi กระบี่ (Gerabi), Songkla สงขลา (Singgora سيڠڬورا), Surat Thani สุราษฎร์ธานี (Lingga), Satun สตูล (Mukim Setul مقيم ستول), Ranong ระนอง (Rundung روندوڠ), Nakhon Si Thammarat นครศรีธรรมราช (Ligor), Chaiya ไชยา (Cahaya), Phattalung พัทลุง (Mardelung مردلوڠ), Yala ยะลา (Jala جال), Koh Phi-Phi หมู่เกาะพีพี (Pulau Api-Api), Ko Samui เกาะสมุย(Pulau Saboey), Su-ngai Kolok สุไหงโก-ล (Sungai Kolok), Su-ngai Padi สุไหงปาดี (Sungai Padi), Rueso รือเสาะ (Rusa), Ko Similan หมู่เกาะสิมิลัน (Pulau Sembilan ڤولاو سمبيلن), Sai Buri สายบุรี (Selindung Bayu سليندوڠ بايو).Kawasan selatan Thailand juga pernah melihat kebangkitan dan kejatuhan kerajaan Melayu antaranya Negara Sri Dhamaraja (100an–1500an), Langkasuka (200an − 1400an), Kesultanan Pattani (1516–1771), Kesultanan Reman (1785–1909) serta Kesultanan Singgora (1603–1689)Pada zaman ini, kebanyakkan suku melayu fasih menuturkan Bahasa Thai serta Bahasa Melayu setempat. Contohnya, Suku Melayu di kawasan pantai timur selatan Thailand iaitu Pattani, Songkhla serta Hat Yai lebih cenderung menuturkan Logat Melayu Pattani, Manakala Melayu di bahagian pantai barat seperti Satun, Phuket, Ranong menuturkan longat Melayu Kedah. Suku Melayu Bangkok pula menuturkan dialek Melayu Bangkok.Pada ketika ini, terdapat gerakan separatis Pattani daripada Thailand, berikutan berbedaan budaya, bahasa serta agama oleh Suku Melayu yang beragama Islam dan Suku Thai yang beragama Buddha. Dan juga penindasan pengagihan sosio-ekonomi oleh kerajaan pusat.
Melayu Myanmar
Selain dari Thailand, Myanmar juga mempunyai komunitas suku melayu yang besar di Indochina. Kebanyakkan daripada Suku Melayu tertumpu di bahagian paling selatan negara itu, iaitu di Divisi Tanintharyi Bahasa Myanmar: (Bahasa Melayu: Tanah Sari) dan Kepulauan Mergui. Akibat daripada pengijarahan, komunitas Melayu Myanmar juga terdapat di Yangon, Divisi Mon, Thailand serta Malaysia. Kehadiran Suku Melayu di kawasan selatan Myanmar diperkirakan seawall 1865, apabila satu kumpulan yang diketuai Nayuda Ahmed membuka penempatan di kawasan yang pada hari ini dikenali sebagai Kawthaung (dikenali sebagai Pelodua dalam Bahasa Melayu).Pengaruh Melayu dapat dilihat dengan penggunaan nama-nama asli Melayu di kawasan tersebut, antaranya Pulau Dua, Pulau Tongtong, Sungai Gelama, Sepuluh Batu, Kepala Batu, Tanjung Badai, Pasir Panjang, Malay One, Teluk China, Teluk Besar, Mek Puteh, Sungai Balai, Pulau Balai, Pulau Cek, Tanjung Peluru, Pulau Bada, Teluk Peluru, Tanjung Gasi, Pulau Rotan Helang, Pulau Senangin dan sebagainya. Ini berbeda dengan keadaan di Thailand, di mana berlakunya penukaran nama asli Bahasa Melayu kepada Bahasa Thailand.Di Myanmar, masyarakat Melayu mempunyai kebudayaan serta bahasa yang seragam dengan Suku Melayu di pantai timur selatan Thailand iaitu di Phuket, Ranong, serta utara Semenanjung Malaya seperti di Kedah, Perlis serta Pulau Pinang. Ini berikutan kawasan2 tersebut pernah berada di bawah pengaruh Kesultanan Kedah. Pada zaman ini, komunitas Melayu di Myanmar fasih berbahasa Myanmar, Bahasa Melayu dan Bahasa Thailand, berikutan keadaan geographis mereka yang berada di sempadan. Mereka juga masih mengekalkan kebudayaan Melayu yang kental seperti penggunaan Kain Sarung serta penggunaan tulisan Jawi. Namun, bilangan mereka di Divisi Tanintharyi semakin berkurangan berikutan penghijrahan bagi mencari peluang sosio-ekonomi yang lebih baik.Kaum Melayu Singapura (Golongan Bumiputera )
Komposisi Sukubangsa dalam Populasi Melayu di Singapura 1931-1990 | ||||||||||
Kelompok Ras Melayu | | 1931 | 1947 | 1957 | 1970 | 1980 | 1990 | |||
Total | | 65,104 | 113,803 | 197,059 | 311,379 | 351,508 | 384,338 | |||
Melayu | | 57.5% | 61.8% | 68.8% | 86.1% | 89.0% | 68.3% | |||
Jawa | | 24.5% | 21.7% | 18.3% | 7.7% | 6.0% | 17.2% | |||
Bawean | | 14.4% | 13.5% | 11.3% | 5.5% | 4.1% | 11.3% | |||
Bugis | | 1.2% | 0.6% | 0.6% | 0.2% | 0.1% | 0.4% | |||
Banjar | | 0.7% | 0.3% | 0.2% | 0.1% | N.A. | N.A. | |||
Ras Melayu lain | | 1.7% | 2.1% | 0.9% | 0.4% | 0.8% | 2.9% |
(Reference: Arumainathan 1973, Vol 1:254; Pang, 1984, Appendix m; Sunday Times, 28 June 1992)
Rumpun Melayu
- Suku Melayu (muslim) di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri atas :
- Melayu Tamiang
- Melayu Palembang, dalam sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu.
- Melayu Bangka-Belitung, pada sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu.
- Melayu Deli
- Melayu Riau
- Melayu Jambi
- Melayu Bengkulu
- Melayu Pontianak
- Suku bangsa serumpun di Sumatera :
- Suku Minangkabau (muslim)
- Suku Kerinci (muslim)
- Suku Talang Mamak (non muslim)
- Suku Sakai (non muslim)
- Orang Laut
- Suku Rejang (muslim)
- Suku Serawai (muslim)
- Suku Pasemah (muslim)
- Suku Lubai (muslim)
- Suku Rambang (muslim)
- Suku bangsa serumpun di Kalimantan (Rumpun Banjar) :
- Suku Sambas (muslim)
- Senganan/Haloq (Dayak masuk Islam)
- Suku Kedayan (muslim) dan Melayu Brunei (muslim)
- Suku Banjar (muslim)
- Suku Kutai (muslim)
- Suku Berau (muslim)
- Suku Bukit (non muslim)
- Suku bangsa serumpun di pulau Jawa :
- Suku Betawi (muslim)
Suku Sambas
Suku Sambas adalah suku yang berada di kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas terkenal dengan sebuah peninggalan sejarah yaitu sebuah keraton peninggalan kerajaan Sultan Sambas. Penduduknya mayoritas melayu, dan berbahasa melayu. Sebagian besar bahasa yang digunakan adalah sama, namun seiring perkembangan zaman, bahasa suku ini banyak menyerap bahasa dari bahasa Indonesia. Bahasa Melayu sangat mudah dipahami, apalagi bagi orang yang mendengar orang Betawi berbicara, karena kurang lebih bahasa Betawi dan Melayu sama, misalnya: Seseorang berbicara, "Kamu mau ke mana?", jika dalam bahasa melayu "Kau nak ke mane", (penyebutan "e" dalam bahasa melayu, sedangkan bahasa suku Sambas membunyikan "e" seperti bunyi pada kata "lele". Keunikan lain dari bahasa Melayu Sambas adalah pengucapan huruf ganda seperti dalam Bahasa [Melayu] Berau di Kalimantan Timur, seperti pada kata 'bassar' (artinya besar dalam bahasa indonesia).Suku Sambas merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 12% dari penduduk Kalimantan Barat, sebelumnya suku Sambas tergabung ke dalam suku Melayu pada sensus 1930. Sehubungan dengan hal tersebut kemungkinan "Dialek Melayu Sambas" meningkat statusnya dari sebuah dialek menjadi bahasa kesukuan yaitu Bahasa Suku Sambas.
Bahasa Sambas
Contoh bahasa atau dialek
Melayu | Dialek Melayu Sambas | Berau | Banjar | Brunei |
Orang Tengah Besar Karat Besi | Urang Tangah Bassar Tagar | Urang Tangah Bassar Tagar | Urang Tangah Basar Tagar | Uang Tangah Basar Tagar |
Lagu Daerah Melayu Sambas
- CA' UNCANG
- GERATTAK BATU SAMBAS (= Jembatan Batu Sambas)
- Ngape Me
- Bubbor Ambo
- Sambas Kebanjiran
- Insanak
- AE' BESAR (Sungai Besar)
- SI DARE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar